Minggu, 20 Februari 2011

PUPUK DARI LANGIT



Selain menyirami bumi, air hujan juga berperan menyuburkan tanah.
Butiran air hujan yang membentuk awan, yang berasal dari penguapan air laut, mengandung bahan-bahan “pemberi kehidupan” yang berwujud butiran-butiran mikro, dan disebut sebagai “butiran tegangan permukaan”. Butiran tegangan permukaan terbentuk di lapisan tipis bagian paling atas permukaan air laut. Lapisan berukuran kurang dari sepersepuluh milimeter ini dinamakan lapisan mikro oleh para ahli biologi. Pada lapisan ini terdapat banyak sisa-sisa bahan organik dari sampah yang dihasilkan oleh ganggang renik dan zooplankton. Sebagian bahan sisa ini mampu memilah, mengumpulkan dan mengikat sejumlah unsur langka dalam air laut – seperti fosfor, magnesium, potasium – dan sejumlah logam berat – seperti tembaga, seng, kobal dan timbal. Proses ini menghasilkan butiran-butiran tegangan permukaan yang kaya akan zat penyubur tanah atau “pupuk”. Butiran ini selanjutnya terangkat ke langit oleh angin, dan beberapa saat kemudian terperangkap dalam tetesan air hujan yang mengenainya. Hujan lalu membawa butiran kaya pupuk ini ke tanah. Benih dan tumbuhan di bumi mendapatkan garam-garam logam dan unsur penting bagi pertumbuhannya dari butiran air hujan ini.

Garam mineral yang jatuh bersama air hujan adalah sejumlah kecil pupuk yang umum dipakai (kalsium, magnesium, potasium, dll.) untuk menyuburkan tanah. Sebaliknya, logam berat yang didapatkan dari butiran-butiran yang berasal dari permukaan air laut ini merupakan unsur lain yang meningkatkan kesuburan dalam perkembangan dan produksi tumbuhan.
Singkatnya, air hujan merupakan sumber pupuk penting. Tanah gersang mampu mendapatkan seluruh unsur penting bagi tumbuhan dalam waktu seratus tahun, hanya dengan pupuk yang dibawa bersama jatuhnya air hujan. Hutan juga tumbuh berkembang dan mendapatkan zat-zat makanan dengan bantuan butiran-butiran dari laut ini.
Dengan cara ini, sekitar 150 juta ton pupuk jatuh ke seluruh permukaan tanah yang ada setiap tahunnya. Jika tak ada pemupukan alamiah seperti ini, akan ada sangat sedikit tumbuhan di bumi, dan keseimbangan ekologis akan terganggu.
Taruhlah harga ‘pupuk dari langit’ ini Rp. 1000,- per kg, ongkos kirim Rp. 100,- per kg, ongkos penaburan ke permukaan bumi Rp. 50,- per kg. Maka seandainya kita harus membayar pengiriman pupuk ini, akan dibutuhkan uang Rp. 172,5 miliar per tahun untuk membiayainya. Atau sekitara Rp 17,3 triliun untuk mengubah tanah gersang dalam waktu 100 tahun menjadi subur.
Betapa baiknya Allah yang tidak hanya memberikan air gratis, tapi juga menurunkan ‘pupuk dari langit’ secara cuma-cuma. Mahasuci Allah, Tuhan Yang Maha Pemurah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar