Rabu, 04 Mei 2011

Pengembangan Kemampuan Berhitung



Berhitung merupakan salah satu bagian dari kemampuan matematis. Berhitung
adalah kegiatan memaknai dan memanipulasi bilangan dalam aktivitas
menjumlah, mengurang, mengali dan membagi (Naga, dalam Abdurahman,
1994). 
Sesuai taraf kesulitannya, secara sederhana, keterampilan berhitung bisa dipilah
dalam beberapa tingkatan, yaitu:
a.   Pra-Berhitung meliputi beragam kemampuan prasyarat matematis, yaitu ke-
mampuan melakukan mengelompokkan, membandingkan, mengurutkan,
menyimbolkan, dan konservasi.
b.   Berhitung Sederhana meliputi aktivitas berhitung yang melibatkan kemam-
puan operasi hitung sederhana (menjumlah, mengurang,  mengali, membagi).
c.   Berhitung Kompleks meliputi aktivitas berhitung yang melibatkan
kombinasi kemampuan operasi hitung sederhana (menjumlah, mengurang,
mengali, membagi) secara bersamaan.
Pengembangan kemampuan berhitung dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan sebagai berikut:
a.   Pendekatan Perkembangan 
Pendekatan teori perkembangan memandang bahwa kemampuan berhitung
dipengaruhi oleh kemampuan pra-berhitung. Oleh karena itu, penanganan
kesulitan berhitung lebih diarahkan pada penguatan kemampuan pra-
berhitung. Berikut beberapa bentuk aktivitas yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran berhitung dengan pendekatan perkembangan: 
    Latihan-latihan yang mengembangkan kemampuan mengelompokkan
objek, sesuai bentuk, warna, maupun ukurannya 
    Latihan-latihan yang mengembangkan kemampuan membandingkan dua
buah objek, berdasarkan ukuran (panjang-pendek, besar-kecil) jumlah
(banyak-sedikit, ganjil-genap), posisi (tinggi-rendah, atas-bawah, depan-
belakang, kiri-kanan), dan seterusnya.
    Latihan mengaitkan simbol angka dengan jumlahnya.
 Misalnya simbol angka 5 memiliki nama lima
Jumlah yang terkandung dari simbol itu [ ]
b.   Pendekatan Perilaku
Pendekatan teori perilaku memandang bahwa berhitung merupakan bentuk
keterampilan yang perlu terus dilatih untuk semakin mengasah dan mening-
katkan taraf kemahirannya. Kesulitan dan hambatan dalam berhitung mencer-
minkan kurang terampilnya anak melakukan aktivitas berhitung. Oleh karena
itu, model pembelajaran yang ditawarkan pendekatan ini berupa aktivitas
yang mempercepat dan mempermahir proses berhitung. 
Bentuk latihan-latihannya antara lain:
    Membilang (mengurutkan nama bilangan)
    Berhitung cepat dalam mencongak
    Mengaitkan nama bilangan dengan jumlahnya
    Latihan soal penjumlahan, dengan atau tanpa teknik menyimpan
    Latihan soal pengurangan, dengan atau tanpa teknik meminjam
    Latihan soal perkalian dan pembagian
    Rekomendasi : Semua metode pengajaran dan latihan soal berhitung,
yang selain meningkatkan kemahiran berhitungnya sekaligus juga
mengembangkan daya ingat dan daya tahan belajar.
c.   Pendekatan Kognitif
Pendekatan teori kognitif memandang bahwa berhitung merupakan bentuk
kemampuan memahami pola dalam aktivitas menjumlah, mengurang,
mengali, dan membagi. Pemahaman akan pola/rumus operasi hitung adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini. Beberapa bentuk latihannya
antara lain:   
    Melatih anak menemukan pola dan makna nilai tempat
    Melatih anak menemukan cara mendayagunakan objek/benda untuk
memudahkan proses operasi hitungnya
    Membimbing anak menemukan sifat operasi hitung, seperti sifat
komutatif,  asosiatif dan distributif
    Rekomendasi : Semua            metode pengajaran aritmatika,           yang
memampukan siswa menggunakan pola atau rumus operasi hitung

Laporan Penilaian



Laporan penilaian terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a.   Laporan Kuantitatif
Berisi laporan mengenai penilaian hasil belajar peserta didik dalam bentuk
angka Penilaian kuantitatif menggunakan dua pendekatan penilaian, yaitu:
   Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Mengacu pada patokan standar ketuntasan belajar (prestasi siswa,
dibandingkan patokan yang sudah ditetapkan sebelumnya). Hasil dari
pendekatan penilaian ini adalah nilai prestasi individu peserta didik. 
   Penilaian Acuan Norma (PAN)
Mengacu pada nilai rata-rata kelas (prestasi seorang peserta didik
dibandingkan dengan semua peserta didik di kelasnya).
b.   Laporan Kualitatif
Berisi laporan mengenai penilaian hasil belajar peserta didik dalam bentuk
deskripsi atau uraian. Selain aspek kognitif, dalam laporan ini diuraikan pula
pengaruh aspek-aspek afektif dan psikomotor serta faktor-faktor eksternal
peserta didik terhadap proses dan hasil belajarnya.
Materi yang diuraikan dalam laporan kualitatif antara lain berupa:
(1) Uraian perkembangan yang menunjukkan keunggulan dan kelemahan
peserta didik pada aspek akademik maupun perilaku.
(2) Uraian mengenai perbandingan prestasi belajar seorang peserta didik
dengan peserta didik yang lain
(3) Menguraikan kendala yang terjadi, solusi, dan rekomendasi yang
ditawarkan.

Program Pembelajaran Individual (PPI)


Seperti yang sudah dijelaskanbahwa Program pembelajaran individual
dirancang dan dilaksanakan pada peserta didik secara individual. 
Berikut ini tahapan-tahapan dalam membuat PPI.

1. Membuat deskripsi kasus
Guru membuat deskripsi mengenai kondisi peserta didik berkesulitan belajar, yang
berisi kemampuan peserta didik dalam akademik maupun non akademik serta
kesulitan peserta didik baik dalam pembelajaran yang berhubungan dengan
membaca, menulis, maupun berhitung.

2. Langkah-langkah penyusunan PPI
a.   Menentukan kemampuan siswa saat ini. Dalam hal ini perlu dilihat kelebihan
dan kekurangan anak dalam membaca, menulis, dan berhitung.
b.   Setelah itu menentukan tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang ingin
dicapai untuk anak tersebut.
c.   Memilih strategi dan       setting pembelajaran yang paling sesuai dengan
kelebihan-kekurangan anak dan tujuan yang ingin dicapai.
d.   Merinci langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan demi mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
e.   Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk anak agar dapat mencapai tujuan
jangka pendeknya.
f.   Menguraikan prosedur evaluasi sejalan dengan pencapaian tujuan.